Emha Ainun Nadjib atau biasa disebut Cak Nun adalah seorang ulama atau
kyai yang punya pemikiran-pemikiran nggak umum, kadang kontroversial,
berbeda dari kebanyakan ustadz. Tapi tentu saja pemikirannya sangat
masuk akal, brilian, otentik dan bisa dipertanggungjawabkan. Ulasan di
bawah ini adalah beberapa dari banyak sekali pemikiran beliau yang di
anggap sangat dahsyat untuk bahan renungan dan pembelajaran.
Beberapa tahun belakangan marak 'sedekah ajaib' yang sering digiatkan oleh seorang ustad 'nganu'. Cak Nun mengingatkan, "Sedekah itu dalam rangka bersyukur, berbagi rejeki bukan dalam rangka mencari rejeki. Kalau anda mengharapkan kembalian berlipat-lipat dari sedekah, itu bukan sedekah.. tapi dagang!"
Beliau tidak mengecam juga, lha wong taraf imannya masih segitu kok.
Kalau menyedekahkan uang, sepeda motor, mobil, rumah, helikopter atau apa pun.. kasih saja.. titik! Setelah itu jangan berharap apa-apa. Walau kita yakin akan dibalas dengan berlipat ganda tapi ketidaktepatan dalam niat menjadikan sedekah bukan lagi sedekah, melainkan sekedar jual beli. Sedekahnya sudah bagus tapi janji Tuhan jangan dijanjikan oleh manusia..!
Banyak orang beribadah yang masih salah niat. Naik haji biar dagangannya lebih laris. Shalat Duha biar diterima jadi PNS. Ibadah itu dalam rangka bersyukur.. titik!.
Menangislah pada Tuhan tapi bukan berarti jadi cengeng. Nabi dalam shalatnya menangis tapi sebenarnya itu adalah menangisi. Beda antara menangis dan menangisi. Kalau menangis itu kecenderungan untuk dirinya tapi kalau menangisi itu untuk selain dirinya: orang tua, anak, istri, saudara, sahabat dan seterusnya.
Ada seorang pedagang miskin yang dagangannya nggak laku, dia sabar dan ikhlas: "kalau memang saya pantasnya miskin, dagangan saya nggak laku.. saya ikhlas.. manut... yang penting Tuhan ridha sama saya." Malah keikhlasan seperti ini yang langsung dijawab oleh Tuhan dengan rejeki berlimpah yang tak disangka-sangka datangnya.
Tapi kalau kita yang ditimpa sial, dagangan nggak laku, biasanya langsung mewek: "Ya Tuhan kenapa saya kok miskin, dagangan nggak laku, gak iso tuku montor.... aku salah opo se..!???" Waaahh... malaikat langsung gregetan, njundul raimu: "Ohhh..cengeng koen iku!!!"
Iman seseorang memang tidak bisa distandarisasi. Tiap orang mempunyai kapasitas iman yang berbeda. Makanya kalau jadi imam harus paham makmumnya. Makmumnya koboi tapi bacaan imamnya panjang-panjang disamakan dengan anak pesantren. Akhire makmumnya nggerundel, gak ikhlas , “matane…!”
Cak Nun mengingatkan, usahakan berbuat baik jangan sampai orang tahu. Kalau bisa jangan sampai orang tahu kalau kita shalat. Lebih ekstrim lagi, jangan sampai Tuhan tahu kalau kita shalat (walau itu nggak mungkin). Pokoknya lakukan saja apa yang diperintahkan dan jauhi yang dilarang-Nya.. titik!. Itu adalah sebuah bentuk keikhlasan, tanpa pamrih yang luar biasa. Sudah suwung, sudah nggak perduli dengan iming-iming imbalan pahala, yang penting Tuhan ridha, nggak marah sama kita.
Motong rambut atau kuku nggak harus nunggu hari Jum'at. Mau kenthu aja kok ya harus nunggu malam Jum'at. Itulah kita, tarafnya masih kemaruk pahala. Nggak ada pahala, nggak ibadah. Ini jangan diartikan meremehkan Sunnah Rasul. Pikiren dewe..
"Surga itu nggak penting..!" kata Cak Nun suatu kali. Tuhan memberi balasan yang bernama surga dan neraka. Tapi kebanyakan manusia kepincut pada surga. Akhirnya mereka beribadah tidak fokus kepada Tuhan. Kebanyakan kita beribadah karena ingin surga dan takut pada neraka. Kelak kalau kita berada di surga, bakalan dicueki oleh Tuhan. Karena cuma mencari surga nggak mencari Tuhan. Kalau kita mencari surga belum tentu mendapatkan Tuhan. Tapi kalau kita mencari Tuhan otomatis mendapatkan surga. Kalau nggak dikasih surga, terus kita kost dimana???
"Cukup sudah, jangan nambah file di kepalamu tentang surga dan neraka.. fokuskan dirimu pada Tuhan.
Lillahi taala..
Beberapa tahun belakangan marak 'sedekah ajaib' yang sering digiatkan oleh seorang ustad 'nganu'. Cak Nun mengingatkan, "Sedekah itu dalam rangka bersyukur, berbagi rejeki bukan dalam rangka mencari rejeki. Kalau anda mengharapkan kembalian berlipat-lipat dari sedekah, itu bukan sedekah.. tapi dagang!"
Beliau tidak mengecam juga, lha wong taraf imannya masih segitu kok.
Kalau menyedekahkan uang, sepeda motor, mobil, rumah, helikopter atau apa pun.. kasih saja.. titik! Setelah itu jangan berharap apa-apa. Walau kita yakin akan dibalas dengan berlipat ganda tapi ketidaktepatan dalam niat menjadikan sedekah bukan lagi sedekah, melainkan sekedar jual beli. Sedekahnya sudah bagus tapi janji Tuhan jangan dijanjikan oleh manusia..!
Banyak orang beribadah yang masih salah niat. Naik haji biar dagangannya lebih laris. Shalat Duha biar diterima jadi PNS. Ibadah itu dalam rangka bersyukur.. titik!.
Menangislah pada Tuhan tapi bukan berarti jadi cengeng. Nabi dalam shalatnya menangis tapi sebenarnya itu adalah menangisi. Beda antara menangis dan menangisi. Kalau menangis itu kecenderungan untuk dirinya tapi kalau menangisi itu untuk selain dirinya: orang tua, anak, istri, saudara, sahabat dan seterusnya.
Ada seorang pedagang miskin yang dagangannya nggak laku, dia sabar dan ikhlas: "kalau memang saya pantasnya miskin, dagangan saya nggak laku.. saya ikhlas.. manut... yang penting Tuhan ridha sama saya." Malah keikhlasan seperti ini yang langsung dijawab oleh Tuhan dengan rejeki berlimpah yang tak disangka-sangka datangnya.
Tapi kalau kita yang ditimpa sial, dagangan nggak laku, biasanya langsung mewek: "Ya Tuhan kenapa saya kok miskin, dagangan nggak laku, gak iso tuku montor.... aku salah opo se..!???" Waaahh... malaikat langsung gregetan, njundul raimu: "Ohhh..cengeng koen iku!!!"
Iman seseorang memang tidak bisa distandarisasi. Tiap orang mempunyai kapasitas iman yang berbeda. Makanya kalau jadi imam harus paham makmumnya. Makmumnya koboi tapi bacaan imamnya panjang-panjang disamakan dengan anak pesantren. Akhire makmumnya nggerundel, gak ikhlas , “matane…!”
Cak Nun mengingatkan, usahakan berbuat baik jangan sampai orang tahu. Kalau bisa jangan sampai orang tahu kalau kita shalat. Lebih ekstrim lagi, jangan sampai Tuhan tahu kalau kita shalat (walau itu nggak mungkin). Pokoknya lakukan saja apa yang diperintahkan dan jauhi yang dilarang-Nya.. titik!. Itu adalah sebuah bentuk keikhlasan, tanpa pamrih yang luar biasa. Sudah suwung, sudah nggak perduli dengan iming-iming imbalan pahala, yang penting Tuhan ridha, nggak marah sama kita.
Motong rambut atau kuku nggak harus nunggu hari Jum'at. Mau kenthu aja kok ya harus nunggu malam Jum'at. Itulah kita, tarafnya masih kemaruk pahala. Nggak ada pahala, nggak ibadah. Ini jangan diartikan meremehkan Sunnah Rasul. Pikiren dewe..
"Surga itu nggak penting..!" kata Cak Nun suatu kali. Tuhan memberi balasan yang bernama surga dan neraka. Tapi kebanyakan manusia kepincut pada surga. Akhirnya mereka beribadah tidak fokus kepada Tuhan. Kebanyakan kita beribadah karena ingin surga dan takut pada neraka. Kelak kalau kita berada di surga, bakalan dicueki oleh Tuhan. Karena cuma mencari surga nggak mencari Tuhan. Kalau kita mencari surga belum tentu mendapatkan Tuhan. Tapi kalau kita mencari Tuhan otomatis mendapatkan surga. Kalau nggak dikasih surga, terus kita kost dimana???
"Cukup sudah, jangan nambah file di kepalamu tentang surga dan neraka.. fokuskan dirimu pada Tuhan.
Lillahi taala..
Tidak ada komentar :
Posting Komentar