Kamis, 01 Januari 2015

PEMIJAHAN INDUK GURAMI

Teknik Pemijahan Gurami 

Sumber : http://penyuluhanrembang.org
Induk yang digunakan dalam pembenihan harus sudah berusia di atas lima tahun atau sedang dalam masa produktif.



1. PEMELIHARAAN INDUK
Induk yang digunakan dalam pembenihan harus sudah berusia di atas lima tahun atau sedang dalam masa produktif. Selain itu, induk harus berasal dari strain yang bagus, sehat, kuat, dan tidak cacat fisik. bobot gurami yang pantas dijadikan induk adalah 1,5 2 kg per ekor. Pakan yang diberikan dapat berupa pellet dengan kadar protein berkisar 40% dengan dosis 1,5 – 2% dari bobot ikan per hari, dan diberi pakan tambahan berupa daun talas sebanyak 5% dari bobot ikan. Pemberian pakan bermutu dimaksudkan untuk memacu kematangan gonad ikan gurame.
2. PEMILIHAN INDUK SIAP PIJAH
Ciri induk jantan yang siap pijah adalah adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah yang tebal, dan tidak adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada. Sedangkan induk betina siap pijah ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis, dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.
Ciri lainnya adalah kelamin induk betina akan mengeluarkan telur berwarna putih jika perut ditekan kearah kelamin. Sedangkan induk jantan yang sudah matang akan mengeluarkan sperma berwarna putih. Cara mudah menentukan kematangan gonad induk jantan adalah dengan melihat tingkah lakunya yang selalu beriringan bersama induk betina dan mulai membuat sarang dari rumput kering. Sementara itu, kematangan gonad betina dapat dilihat dari perut yang membesar dan terasa lunak saat diraba.
3. PEMIJAHAN
Induk yang sudah matang gonad siap ditebarkan dikolam pemijahan. Ukuran kolam tergantung pada padat tebar induk yang akan dipijahkan, minimum luasnya 20 m2 dengan kedalaman 1-1,5 m. Kualitas air kolam pemijahan yang baik bersuhu 25-300C, nilai pH 6,5-8,0, laju penggantian air 10-15% per hari, dan ketinggian air 40-60 cm.
Kolam pemijahan harus dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pengeluaran air untuk menjamin ketersediaan oksigen bagi gurami dan telur-telur yang sudah dibuahi.
Pada kolam dipasang bahan sarang dan sosog. Sosog sebagai tempat sarang telur diletakan 25-30 cm dari permukaan air kolam. Bahan sarang dapat berupa sabut kelapa, rajutan karung, atau ijuk yang diletakkan di atas para-para, dapat diletakkan di permukaan air atau di kedalaman 5-10 cm dari permukaan air. Gurame kemudian akan mengambil bahan sarang tersebut dan menyusunnya di sosog hingga sarang siap dipakai untuk menaruh telur dari induk betina. Pembuatan sarang ini biasanya berlangsung satu hari sampai dua minggu.
Pemindahan induk dari kolam pemeliharaan sebaiknya dengan menggunakan baskom besar yang berisi air agar ikan tidak stres pada waktu ditebar dikolam pemijahan. Dapat pula menggunakan karung goni atau kain halus yang basah, kemudian gurame tersebut dilepas secara perlahan ke kolam pemijahan. Sebaiknya, induk dilepaskan dekat pintu pemasukan air, karena disitu oksigen terlarut didalamnya masih tinggi.
Padat tebar induk adalah 1 ekor ikan untuk 5 m2 kolam, dengan perbandingan jumlah jantan : betina adalah 1 : 3. Penebaran induk di kolam pemijahan dapat dilakukan secara berpasangan (sesuai perbandingan) atau secara komunal (satu kolam diisi beberapa pasangan).
Proses pemijahan biasanya akan berlangsung satu minggu setelah induk gurame berada di dalam kolam pemijahan. Selanjutnya, induk jantan akan merapikan sarang pada sosog, kemudian induk betina akan mendekat dan meletakkan telur-telurnya pada sarang di dalam sosog. Setelah induk betina selesai menaruh telur di dalam sarang kemudian induk jantan membuahinya dengan cara menyemprotkan spermanya ke telur-telur tersebut.
Induk jantan akan membuat sarang lain untuk betina lain. Pemijahan pertama biasanya berlangsung dua hari setelah sarang di buat. Pemijahan dilakukan pada siang menjelang sore hari antara pukul 15.00-17.00. Pengeluaran telur oleh betina terjadi di depan sarang, sementara pembuahan oleh induk jantan di dalam sarang.
Keberhasilan pemijahan dapat diamati dengan melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan sarang yang sudah berisi telur dapat dilakukan dengan cara meraba dan menggoyangkan sarang secara perlahan atau dengan menusuk sarang menggunakan lidi. Jika tercium bau amis yang diikuti dengan munculnya banyak minyak di permukaan air, berarti telah terjadi proses pemijahan. Pemijahan akan terus berlangsung hingga semua betina selesai bertelur. Umumnya, proses pemijahan berlangsung selama tiga hari. Jumlah telur yang dihasilkan oleh satu induk betina berkisar 5000-7000 butir.
Pengambilan sarang dilakukan secara hati-hati dengan cara memegang sisi luar bagian bawah sarang. Sebaiknya sarang tidak diangkat begitu saja, tetapi menggunakan wadah berupa baskom atau ember besar yang diisi air kolam pemijahan. Sarang diangkat perlahan-lahan dan dicelupkan ke dalam ember atau baskom. Tingkat kegagalan menetasnya telur sangat dipengaruhi oleh cara pengangkatan sarang ini.
4. PENETASAN TELUR
Sarang yang telah diangkat dari kolam pemijahan dimasukkan ke dalam ember yang berisi air dan campuran Methilen Blue, dengan perbandingan 5 cc obat untuk 5 liter air. Tujuannya adalah untuk mencegah timbulnya jamur akibat telur yang   pecah dan membusuk akibat kesalahan pemindahan/pengangkutan. Telur yang hidup biasanya berwarna kuning cerah atau bening transparan, sedangkan telur yang gagal menetas berwarna putih suram dan tidak transparan.    Telur-telur yang mati harus segera disingkirkan.
°Penetasan Menggunakan Bak Ember
Telur dari satu sarang di bagi ke dalam 3 bak ember. Setiap harinya dilakukan penggantian air sebanyak dua kali, yaitu pagi dan sore. Jumlah air yang diganti sebanyak setengah bagian air. Selain itu, telur-telur yang berjamur dibuang. Biasanya pada hari ke 8-10, telur-telur yang baik sudah menetas semua.
°Penetasan Menggunakan Akuarium
Akuarium yang digunakan berukuran panjang 100 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 40 cm dengan ketebalan 5 mm. Akuarium tersebut di tempatkan dalam ruangan yang suhunya stabil dan cukup untuk menempatkan beberapa akuarium. Untuk mencukupi kebutuhan oksigen, disediakan aerator dan batu aeratornya yang memompakan udara ke dalam air di akuarium. Selanjutnya telur yang sudah dipisahkan dari sarangnya dipindahkan ke dalam akuarium secara hati-hati. Akuarium dengan ukuran di atas mampu menampung telur sebanyak 2.500 telur. Setelah 41 jam telur mulai menetas menjadi larva. Larva ini masih mempunyai kuning telur hingga umur 9-12 hari sehingga tidak perlu diberi pakan.
5. PEMELIHARAAN LARVA
Setelah cadangan makanan habis, yaitu pada umur 9-12 hari larva diberi pakan cacing sutra. Cacing sutra selain nilai gizinya tinggi, juga meningkatkan nafsu makan larva. Cacing sutra diberikan hingga larva berumur 35 hari atau ukuran biji oyong. Frekuensi pemberian 4-5 kali sehari, sebanyak 2 sendok makan untuk 100 ekor larva setiap pemberian.
Akuarium dengan larva yang sudah diberi pakan, harus dilakukan penyiponan dan penggantian air secara rutin, telur yang tidak menetas dibuang. Penyiponan yaitu membuang kotoran dan sisa-sisa pakan dengan menggunakan selang. Air diganti maksimal 50% dari air yang ada.
Ketika sudah semakin besar, kepadatan larva dalam akuarium lebih baik dikurangi. Ketika telah mencapai ukuran gabah kepadatannya dikurangi menjadi sekitar 1.500 ekor/akuarium, benih berukuran biji oyong kepadatannya sekitar 1.000 ekor/akuarium. Benih dengan ukuran biji oyong ini selanjutnya dipelihara pada kolam pendederan.
6. PENDEDERAN
Benih yang sudah berukuran biji oyong atau sudah berumur 35 hari sudah dapat dipelihara dalam happa yang di pasang pada bak semen atau kolam pemeliharaan benih. Teknologi pemeliharaan dengan happa merupakan teknik untuk memacu pertumbuhan gurami sejak dini. Pemeliharaan dengan happa ini akan menghasilkan benih yang bongsor dan sehat.
Happa dibuat dengan cara mengikat ujung-ujung kain halus pada tonggak bambu yang ditancapkan ke dasar kolam. Untuk memperkuat happa dapat pula dengan menambahkan tonggak bambu di antara dua bambu lainnya.
Selama pendederan, benih diberikan pelet halus. Jika menghendaki benih yang cepat besar perlu di berikan cacing sutra, namun intensitas pemberian cacing sutra bisa dikurangi tidak sebanyak pada waktu pemeliharaan larva di akuarium. Cacing sutra tersebut ditaruh di dalam mangkok dan selanjutnya mangkok yang berisi cacing sutra tersebut dimasukan kedalam air secara perlahan dan ditempatkan di dasar kolam.
Pemanenan benih ikan gurame dilakukan setelah benih mencapai ukuran pasar atau permintaan dari konsumen.

Sebutan Ukuran Secara Umum Benih Gurame
Umur
Sebutan
Ukuran
Bobot
Panjang
(Cm)
1-12 Hr
Larva
0,5 g
-
12-30 Hr
Biji Oyong
-
0,5-1 cm
1-2 Bln
Daun Kelor
0,5-2,5 g
1-2,5 cm
3 Bln
Silet
2,5-5 g
2,5-4 cm
4 Bln
Korek Api
5-10 g
4-6 cm
5 Bln
Bungkus Rokok
50 g
12-15 cm
6 Bln
Telapak Tangan
150-200 g
-
9 Bln
Konsumsi Umum
500 g
-
1 Thn
Konsumsi Khusus
1 Kg

Tidak ada komentar :

Posting Komentar