Teknik Pemijahan Gurami
Sumber : http://penyuluhanrembang.org
Induk yang digunakan dalam pembenihan harus sudah berusia di atas lima tahun atau sedang dalam masa produktif.
Induk yang digunakan dalam pembenihan harus sudah berusia di atas lima tahun atau sedang dalam masa produktif. Selain itu, induk harus berasal dari strain yang bagus, sehat, kuat, dan tidak cacat fisik. bobot gurami yang pantas dijadikan induk adalah 1,5 2 kg per ekor. Pakan yang diberikan dapat berupa pellet dengan kadar protein berkisar 40% dengan dosis 1,5 – 2% dari bobot ikan per hari, dan diberi pakan tambahan berupa daun talas sebanyak 5% dari bobot ikan. Pemberian pakan bermutu dimaksudkan untuk memacu kematangan gonad ikan gurame.
2. PEMILIHAN INDUK SIAP PIJAH
Ciri induk jantan yang siap pijah adalah
adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah yang tebal, dan
tidak adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada. Sedangkan induk
betina siap pijah ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar,
rahang bawah tipis, dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.
Ciri lainnya adalah kelamin induk betina
akan mengeluarkan telur berwarna putih jika perut ditekan kearah
kelamin. Sedangkan induk jantan yang sudah matang akan mengeluarkan
sperma berwarna putih. Cara mudah menentukan kematangan gonad induk
jantan adalah dengan melihat tingkah lakunya yang selalu beriringan
bersama induk betina dan mulai membuat sarang dari rumput kering.
Sementara itu, kematangan gonad betina dapat dilihat dari perut yang
membesar dan terasa lunak saat diraba.
3. PEMIJAHAN
Induk yang sudah matang gonad siap
ditebarkan dikolam pemijahan. Ukuran kolam tergantung pada padat tebar
induk yang akan dipijahkan, minimum luasnya 20 m2 dengan kedalaman 1-1,5 m. Kualitas air kolam pemijahan yang baik bersuhu 25-300C, nilai pH 6,5-8,0, laju penggantian air 10-15% per hari, dan ketinggian air 40-60 cm.
Kolam pemijahan harus dilengkapi dengan
saluran pemasukan dan pengeluaran air untuk menjamin ketersediaan
oksigen bagi gurami dan telur-telur yang sudah dibuahi.
Pada kolam dipasang bahan sarang dan
sosog. Sosog sebagai tempat sarang telur diletakan 25-30 cm dari
permukaan air kolam. Bahan sarang dapat berupa sabut kelapa, rajutan
karung, atau ijuk yang diletakkan di atas para-para, dapat diletakkan di
permukaan air atau di kedalaman 5-10 cm dari permukaan air. Gurame
kemudian akan mengambil bahan sarang tersebut dan menyusunnya di sosog
hingga sarang siap dipakai untuk menaruh telur dari induk betina.
Pembuatan sarang ini biasanya berlangsung satu hari sampai dua minggu.
Pemindahan induk dari kolam pemeliharaan
sebaiknya dengan menggunakan baskom besar yang berisi air agar ikan
tidak stres pada waktu ditebar dikolam pemijahan. Dapat pula menggunakan
karung goni atau kain halus yang basah, kemudian gurame tersebut
dilepas secara perlahan ke kolam pemijahan. Sebaiknya, induk dilepaskan
dekat pintu pemasukan air, karena disitu oksigen terlarut didalamnya
masih tinggi.
Padat tebar induk adalah 1 ekor ikan untuk 5 m2
kolam, dengan perbandingan jumlah jantan : betina adalah 1 : 3.
Penebaran induk di kolam pemijahan dapat dilakukan secara berpasangan
(sesuai perbandingan) atau secara komunal (satu kolam diisi beberapa
pasangan).
Proses pemijahan biasanya akan
berlangsung satu minggu setelah induk gurame berada di dalam kolam
pemijahan. Selanjutnya, induk jantan akan merapikan sarang pada sosog,
kemudian induk betina akan mendekat dan meletakkan telur-telurnya pada
sarang di dalam sosog. Setelah induk betina selesai menaruh telur di
dalam sarang kemudian induk jantan membuahinya dengan cara menyemprotkan
spermanya ke telur-telur tersebut.
Induk jantan akan membuat sarang lain
untuk betina lain. Pemijahan pertama biasanya berlangsung dua hari
setelah sarang di buat. Pemijahan dilakukan pada siang menjelang sore
hari antara pukul 15.00-17.00. Pengeluaran telur oleh betina terjadi di
depan sarang, sementara pembuahan oleh induk jantan di dalam sarang.
Keberhasilan pemijahan dapat diamati
dengan melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan sarang yang sudah berisi telur
dapat dilakukan dengan cara meraba dan menggoyangkan sarang secara
perlahan atau dengan menusuk sarang menggunakan lidi. Jika tercium bau
amis yang diikuti dengan munculnya banyak minyak di permukaan air,
berarti telah terjadi proses pemijahan. Pemijahan akan terus berlangsung
hingga semua betina selesai bertelur. Umumnya, proses pemijahan
berlangsung selama tiga hari. Jumlah telur yang dihasilkan oleh satu
induk betina berkisar 5000-7000 butir.
Pengambilan sarang dilakukan secara
hati-hati dengan cara memegang sisi luar bagian bawah sarang. Sebaiknya
sarang tidak diangkat begitu saja, tetapi menggunakan wadah berupa
baskom atau ember besar yang diisi air kolam pemijahan. Sarang diangkat
perlahan-lahan dan dicelupkan ke dalam ember atau baskom. Tingkat
kegagalan menetasnya telur sangat dipengaruhi oleh cara pengangkatan
sarang ini.
4. PENETASAN TELUR
Sarang yang telah diangkat dari kolam
pemijahan dimasukkan ke dalam ember yang berisi air dan campuran
Methilen Blue, dengan perbandingan 5 cc obat untuk 5 liter air.
Tujuannya adalah untuk mencegah timbulnya jamur akibat telur yang
pecah dan membusuk akibat kesalahan pemindahan/pengangkutan. Telur yang
hidup biasanya berwarna kuning cerah atau bening transparan, sedangkan
telur yang gagal menetas berwarna putih suram dan tidak transparan.
Telur-telur yang mati harus segera disingkirkan.
°Penetasan Menggunakan Bak Ember
Telur dari satu sarang di bagi ke dalam 3
bak ember. Setiap harinya dilakukan penggantian air sebanyak dua kali,
yaitu pagi dan sore. Jumlah air yang diganti sebanyak setengah bagian
air. Selain itu, telur-telur yang berjamur dibuang. Biasanya pada hari
ke 8-10, telur-telur yang baik sudah menetas semua.
°Penetasan Menggunakan Akuarium
Akuarium yang digunakan berukuran
panjang 100 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 40 cm dengan ketebalan 5 mm.
Akuarium tersebut di tempatkan dalam ruangan yang suhunya stabil dan
cukup untuk menempatkan beberapa akuarium. Untuk mencukupi kebutuhan
oksigen, disediakan aerator dan batu aeratornya yang memompakan udara ke
dalam air di akuarium. Selanjutnya telur yang sudah dipisahkan dari
sarangnya dipindahkan ke dalam akuarium secara hati-hati. Akuarium
dengan ukuran di atas mampu menampung telur sebanyak 2.500 telur.
Setelah 41 jam telur mulai menetas menjadi larva. Larva ini masih
mempunyai kuning telur hingga umur 9-12 hari sehingga tidak perlu diberi
pakan.
5. PEMELIHARAAN LARVA
Setelah cadangan makanan habis, yaitu
pada umur 9-12 hari larva diberi pakan cacing sutra. Cacing sutra selain
nilai gizinya tinggi, juga meningkatkan nafsu makan larva. Cacing sutra
diberikan hingga larva berumur 35 hari atau ukuran biji oyong.
Frekuensi pemberian 4-5 kali sehari, sebanyak 2 sendok makan untuk 100
ekor larva setiap pemberian.
Akuarium dengan larva yang sudah diberi
pakan, harus dilakukan penyiponan dan penggantian air secara rutin,
telur yang tidak menetas dibuang. Penyiponan yaitu membuang kotoran dan
sisa-sisa pakan dengan menggunakan selang. Air diganti maksimal 50% dari
air yang ada.
Ketika sudah semakin besar, kepadatan
larva dalam akuarium lebih baik dikurangi. Ketika telah mencapai ukuran
gabah kepadatannya dikurangi menjadi sekitar 1.500 ekor/akuarium, benih
berukuran biji oyong kepadatannya sekitar 1.000 ekor/akuarium. Benih
dengan ukuran biji oyong ini selanjutnya dipelihara pada kolam
pendederan.
6. PENDEDERAN
Benih yang sudah berukuran biji oyong
atau sudah berumur 35 hari sudah dapat dipelihara dalam happa yang di
pasang pada bak semen atau kolam pemeliharaan benih. Teknologi
pemeliharaan dengan happa merupakan teknik untuk memacu pertumbuhan
gurami sejak dini. Pemeliharaan dengan happa ini akan menghasilkan benih
yang bongsor dan sehat.
Happa dibuat dengan cara mengikat
ujung-ujung kain halus pada tonggak bambu yang ditancapkan ke dasar
kolam. Untuk memperkuat happa dapat pula dengan menambahkan tonggak
bambu di antara dua bambu lainnya.
Selama pendederan, benih diberikan pelet
halus. Jika menghendaki benih yang cepat besar perlu di berikan cacing
sutra, namun intensitas pemberian cacing sutra bisa dikurangi tidak
sebanyak pada waktu pemeliharaan larva di akuarium. Cacing sutra
tersebut ditaruh di dalam mangkok dan selanjutnya mangkok yang berisi
cacing sutra tersebut dimasukan kedalam air secara perlahan dan
ditempatkan di dasar kolam.
Pemanenan benih ikan gurame dilakukan setelah benih mencapai ukuran pasar atau permintaan dari konsumen.
Sebutan Ukuran Secara Umum Benih Gurame
Umur
|
Sebutan
Ukuran
|
Bobot
|
Panjang
(Cm)
|
1-12 Hr
|
Larva |
0,5 g
|
-
|
12-30 Hr
|
Biji Oyong |
-
|
0,5-1 cm
|
1-2 Bln
|
Daun Kelor |
0,5-2,5 g
|
1-2,5 cm
|
3 Bln
|
Silet |
2,5-5 g
|
2,5-4 cm
|
4 Bln
|
Korek Api |
5-10 g
|
4-6 cm
|
5 Bln
|
Bungkus Rokok |
50 g
|
12-15 cm
|
6 Bln
|
Telapak Tangan |
150-200 g
|
-
|
9 Bln
|
Konsumsi Umum |
500 g
|
-
|
1 Thn
|
Konsumsi Khusus |
1 Kg
|
Tidak ada komentar :
Posting Komentar